Widget Recent Post No.

Rabu, 07 Juni 2023

ASWAJA DALAM MELIHAT KEBANGSAAN DAN KENEGARAN

 

PENGERTIAN DAN MUNCULNYA PAHAM KEBANGSAAN

Secara etimologis, kata nasionalisme berasal dari nation dalam Bahasa Ingris. Dalam studi semantik kata nation tersebut berasal dari kata Latin yakni natio yang berakar pada kata nascor yang bermakna 'saya lahir', atau dari kata natus sum, yang berarti 'saya dilahirkan'. Dalam perkembangannya kata nation merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara dalam mencintai tanah airnya.

Paham nasionalisme dikenal di kalangan dunia Islam Sejak jatuhnya Mesir ke Tangan Napoleon Bonaparte pada tahun 1789 M. Dia datang di samping membawa ilmuan dan militer juga mengenalkan gagasan konsep persamaan dan kebangsaan. Kebangsaan yang sebelumnya dipahami berdasarkan agama, maka dipahami berdasarkan ras, suku dan Bahasa.  Kebangsaan juga terbangun atas dasar senasib dan seperjuangan meski berdiri diatas perbedaan suku, Bahasa, dan agama sebagaimana yang terjadi di Indonesia ini.

SIKAP ASWAJA TERHADAP KEBANGSAAN

Indonesia sejak sebelum lahirnya merupakan negara plural yang didiami penduduk dengan beraneka ragam suku, adat istiadat, bahasa daerah, dan menganut berbagai agama. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama merupakan salah satu komunitas yang hidup di situ, dan sejak mula menyadari dan memahami bahwa keberadaannya merupakan bagian tidak terpisahkan dari keanekaragaman itu. Karena itu, NU terus mengikuti dan ikut menentukan denyut serta arah bangsa ini berjalan. Karena itu, segala permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia juga ikut menjadi keprihatinan NU. Ibarat satu tubuh, bila salah satu bagian menderita, maka seluruhnya ikut merasakan.

Maka dalam hal demikian, Nahdlatul Ulama mendasari dengan empat semangat : 1) Ruhut Tadayun, yaitu semangat beragama yang dipahami, didalami, dan diamalkan; 2) Ruhul Wathaniyah, yakni semangat cinta tanah air; 3) Ruhut Ta’addudiyah, yaitu semangat menghormati perbedaan; dan 4) Ruhul Insaniyah, berarti semangat kemanusiaan. Keempat semangat NU itu selalu melekat dan terlibat dalam proses perkembangan Indonesia.

1.      Ruhut Tadayun menunjukkan bahwa NU mendorong warganya untuk senantiasa meningkatkan pemahaman nilai-nilai agama. Bagi NU, Islam adalah agama yang ramah dan damai. Dengan nilai-nilai keindonesiaan yang terkandung dalam Islam, NU menjadi barometer kegiatan beragama yang moderat (tawasuth). Dengan semakin banyaknya konflik kekerasan yang disinggungkan dengan agama, NU harus lebih intensif terus mengembangkan sikap tawasuth ini ke masyarakat, tanpa pandang perbedaan agama dan keyakinan meraka. Pada individu Nahdliyin harus tertanam kesadaran (ghirah) Islamiyah (kepekaan membela eksistensi Islam) dan tetap menghormati orang lain yang memeluk agama yang berbeda.

2.      Ruhul Wathaniyah. Semangat cinta tanah air. Keterlibatan NU dalam pergerakan kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah secara aktif menunjukkan bahwa aswaja menjunjung tnggi semangat cinta tanah air atau ruhul wathaniyah.  Dengan melihat semangat cinta tanah air atau ruhul wathaniyah tersebut, NU sejak awal menyadari bahwa keanekaragaman bangsa ini harus dipertahankan. Bagi NU, keanekaragaman bangsa Indonesia bukanlah penghalang dan kekurangan, melainkan kekayaan dan peluang, sehingga warga Nahdliyin menganggap perlu agar seluruh warganya selalu menjunjung tinggi untuk menghormati keanekaragaman itu. Di dalam Islam sendiri terdapat berbagai aliran dan madzhab yang berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan perbedaan etnis dan ras serta bahasa yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

3.      Ruhut ta’addudiyah (semangat menghormati perbedaan). Perbedaan di mata NU bukan untuk dipertandingkan dan diadu mana yang terbaik dan mana yang terburuk. Perbedaan itu, sebaliknya, ditempatkan sebagai modal bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Di sini dapat dilihat, betapa konflik etnis dan aliran keagamaan dan keyakinan tidak pernah menjadikan NU patah arang. Justru dengan konflik-konflik itu NU selalu mendorong semua pihak agar menghormati perbedaan yang ada, karena bangsa ini memang bangsa yang multicultural, bangsa yang kaya akan keanekaragaman agama, etnis, ras, dan bahasa.

4.      Ruhul Insaniyah adalah semangat yang mendorong setiap warga negara Indonesia untuk menghormati setiap hak manusia. Meski NU merupakan organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia bahkan di dunia, namun kebesaran itu tidak menjadikan NU melihat organisasi masyarakat dan agama yang kecil dengan sebelah mata. Kebesaran ini, bagi NU karena adanya pengakuan hak dan derajat yang sama kepada semua warga negara, yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi pandangan orang tentang penghargaan NU terhadap nilai-nilai kemanusiaan, yang pada akhirnya orang-orang yang sebelumnya tidak menjadi warga NU kemudian beralih menjadi warga Nahdliyin.

Keempat semangat inilah yang menjadi kunci NU kemudian menjadi sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia dan dunia. Dengan demikian, sebuah kemunduran jika NU melupakan empat semangat ini.

MERAWAT KEMERDEKAAN

Islam memerintahkan kita agar berpaham moderat (wasathiyyah), tidak ghuluww (melampaui batas yang digariskan Islam) dan tidak taqshir (ceroboh sehingga tidak sampai pada batas yang digariskan Islam), tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri. Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang diajarkan dan disampaikan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dan diyakini oleh mayoritas umat Islam dari masa ke masa. Paham inilah yang harus selalu kita junjung tinggi jika kita ingin membangun negeri ini. Karena fakta sejarah membuktikan bahwa pemikiran dan paham yang ghuluww, taqshir, dan ekstrem telah memporak-porandakan dan meluluhlantakkan berbagai negara.

Paham takfir syumuli (pengafiran menyeluruh kepada semua orang yang tidak sepaham), paham pengafiran terhadap pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam dan menuduhnya dengan thaghut, paham pengafiran dan pemusyrikan terhadap para pelaku tabarruk, tawassul, peringatan maulid Nabi dan ziarah makam para nabi dan wali, semua itu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di berbagai belahan dunia. Hal itu juga telah merenggut kemerdekaan dari banyak orang. Akibat paham-paham ekstrem tersebut, banyak orang yang tidak bisa lagi menikmati kebebasan dan kemerdekaan dalam banyak hal. Lebih-lebih lagi, apabila paham dan pemikiran ekstrem tersebut dituangkan dalam aksi-aksi pengeboman, perusakan fasilitas umum dan pembunuhan serta penyembelihan orang-orang yang dianggap musyrik dan kafir.

0 komentar:

Posting Komentar

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIEN