Widget Recent Post No.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 01 Maret 2023

MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL-JAMA'AH (ASWAJA)


 

Pengertian

Secara etimologis, Ahlussunnah wal Jamaah berasal dari tiga kata, yaitu:

1.      Ahlun yang artinya keluarga, golongan atau pengikut, komunitas.

2.      Sunnah yang artinya segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yakni semua yang datang dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi Muhammad SAW.

3.      Al-Jamaah yang artinya apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada masa Khulafaur Rasyidin, yakni Khalifah Abu Bakar ra., Umar bin Khattab ra., Utsman bin Affan ra., dan Ali bin Abi Thalib ra.

Dari ketiga kata tersebut, disimpulkan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan yang mengikuti perilaku Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pada zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin.


Dasar Eksistensi

Istilah Ahlus sunnah wal-jama’ah tidaak dikenal di masa Nabi saw. Namun Isyarat keberadaannya dapat dijumpai, antara lain dalam hadist berikut :

افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَ سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إلَّا وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هم يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ مَنْ هم يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:  مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدوَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ

Dari Abi Hurayrah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan. Dan terpecah umat Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu.” Berkata para sahabat, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?”  Rasulullah saw. Menjawab, Al jama’ah, Berkata para sahabat, “Siapakah mereka wahai Rasulullah? “Mereka adalah yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah)

أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوْا عَلٰى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هٰذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقَ عَلٰى ثَلاَثَ وَسَبْعِيْنَ ثِنْتَانَ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارُ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .   

 "Ingatlah, bahwa Ahlul Kitab sebelum kamu berpecah belah menjadi tujuh puluh dua sekte. Umat saya ini a/can berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga sekte. Tujuh puluh dua masuk neraka, sedang satu-nya masuk surga, yaitu Al-Jamaah. " (Abu Dawud ).

Kemunculan Ahlus sunnah Wal-jama’ah

Kemunculan Ahlus Sunnah wal-jama’ah dapat dilihat secara material dan formal. Secara material, ajaran aswaja sudah ada sejak masa nabi dan sahabat. Dalam sejarahnya, ajaran aswaja nampak pasca munculnya firqah-firqah dalam Islam. Contoh beberapa ulama aswaja yg merespon firqoh tersebut adalah Umar bin Abdul Azis (Risâlah Bâlighah fî Raddi ‘alâ al-Qadariyah), Imam Abu Hanifah (Al-Fiqh al-Akbar), Imam Syafi’ie (Fi Tashîh al-Nubuwwah wa al-Radd ‘alâ al-Barâhimah). Aswaja juga muncul ditengah perdebatan dg Muktazilah dalam tema al-Qur’an adalah makhluk?. khususnya pada periode pengadilan imam Ahmad bin Hambal. Dan secara formal, secara formal, aswaja muncul dengan munculnya paham aqidah yang dirumuskan oleh Abu Hasan al-Asy’ari (w 324 h) dan Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 h).

Ruang Lingkup Aswaja

1. Akidah : Abu hasan al-asy’ari dan Abu mansur al-maturidi

2. Syari'ah : empat madzhab fiqih yang terkenal (hanafiah, malikiyah, syafi'iyah, dan hambaliyah)

3. Tasawuf : Imam al-Ghazali, Abu Yazid al-Busthami, al-Junayd al-Baghdadi

 

 

 

 

 

 

PENYIMPANGAN ALIRAN DALAM ISLAM DI MASA KLASIK


 

AWAL PENYIMPANGAN

Bibit penyimpangan diawali dari tuduhan mereka terhadap beberapa tokoh yang dianggap menyimpang. Ustman bin affan dianggap menyeleweng mulai tahun ke 7 dari kepemimpinannya. Ali bin Abi thalib, Mu’awiyah bin abi Sufyan, Amar bin Ash sebagai utusan Mu’awiyah dan Abu musa Al-asy’ari sebagau utusan Ali bin Abi thalib dianggap menyimpang setelah tahkim.

Penyimpangan tokoh itu dianggap serius (dosa besar) dan berdampak pada kekufuran. Padahal mereka yang dituduh adalah sahabat-sahabat utama Rasulullah saw. Mereka berdalih dengan firman Allah swT :

ومن لم يحكم بما أنزل الله فألئك هم الكافرون

1.ALIRAN KHAWARIJ

Nama khawarij sendiri disebut pada kelompok ini karena mereka keluar dari barisan Ali bin abi thalib dan bahkan melakukan perlawanan. Ada yang mengatakan istilah khawaij diambil dari kata kharaja karena merujuk pada surah An-Nisa’ : 100. Ada yang menyebut kelompok mereka dengan istilah syurah dari kata yasyri merujuk ayat al-qur’an bahwa mereka adalah orang yang menjual dirinya untuk mengabdi dan berjuang di jalan Allah. Ada yang menyebut mereka dengan Haruriyah dari kata Harura (suatu desa dekat kota kupah di irak ). Karena di tempat itu mereka berkumpul.

Khawarij terpecah kedalam sekte-sekte, antara lain adalah :

NO

SEKTE

AJARAN

1

ALMUHAKKIMAH

 

1.      Kafir mempunyai arti yang luas

2.      Orang bebruat dosa besar adalah kafir

3.      Berbuat zina karena telah melakukan dosa besar

4.      Maka mereka dianggap kafir dan keluar dari Islam

2

Al-AZARIQAH

 

1.      Mereka memakai term yg lebih ekstrim, yaitu musyrik

2.      Musyrik adalah semua umat islam yang tidak sepaham dengan mereka

3.      Meski sepaham tapi kalau tidak hijrah kedalam lingkungan mereka juga dianggap syirik

4.      Mereka yang hijrah diberi ujian, yaitu seorang tawanan

3

Al-NAJDAT

 

1.      Orang berdosa besar  dan menjadi kafir adalah orang yang tak sepaham dengan mereka

2.      Pengikutnya kalau melakukan dosa besar maka akan disiksa tapi bukan di neraka dan akan dimasukkan ke dalam surga

3.      Dosa kecil jika terus menerus akan menjadi dosa besar

4.      Yang diwajibkan bagi muslim adalah mengetahui allah dan rasulnya, haram membenuh orang islam, dan percaya pada semua yang diwahyukan allah kepada rasulnya

 

4

Al-AJARIDAH

 

1.      Berhijarah bukanlah kewajiban

2.      Harta yg boleh jadi rampasan perang adalah harta musuh yang sudah mati

3.      Anak kecil tidak bersalah dan tidak mengikuti orang tuanya

4.      Mereka tidak mempercayai surah yusuf sebagai bagian dari al-qur’an

5

AL-SUFRIYAH

 

1.      Orang yang tidak hijrah tidak dipandang kafir

2.      Ada diantara mereka yang membagi dosa besar menjadi dua : dosa yang ada sangsinya di dunia sprt zina, dan dosa yang tak ada sangsinya di dunia sperti shalat

3.      Daerah umat Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukan darul harb, darul harb adalah camp2 pemerintah

4.      Kufur dibagi dua : kufur nikmah dan kufur rububiyah. Jadi term kafir tidak seamanya keluar dari islam

5.      Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan, bukan perbuatan, Tp untuk keamanan diri, perempuan islam boleh kawin dengan laki2 kafir diaerah bukan Islam

6

AL-IBADIYAH

 

1.      Orang islam yang tak seoaham dengan mereka adalah kafir, tapi boleh melakukan hubungan perkawinan dengan mereka, hubungan warisan. Syahadat mereka dapat diterima dan membunuh mereka adalah haram

2.      Daerah islam yang tak sepaham dengan mereka adalah darut tauhid kecuali camp pemerintahan

3.      Orang islam yang berbuat dosa besar adalah muwahhid, bukan mukmin dan kafir millah

 

 

 

2. ALIRAN SYI’AH

DEFINISI SYI’AH

Secara etimologi adalah kelompok, pengikut, golongan, dan pendukung. Secara terminologi, syiah menurut al-syahrastani adalah nama kelompok orang-orang yang secara khusus mendukung Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan mereka meyakini kepemimpinan Ali berdasarkan nash atau wasiat secara jelas maupun samar-samar  dan meyakini imamah tidak keluar dari garis keturunan Ali bin Abi Thalib.

Menurut Ibnu Khaldun, Syiah secara etimologi adalah alshuhbah wal ittiba’.  Secara terminologi adalah suatu golongan umat Islam yang memberikan golongan yang istimewa terhadap keturunan nabi Muhammad saw serta menempatan Ali bin Abi Thalib pada derajat yang lebih istimewa dari pada sahabat yang lain serta mencintai Ali dan keturunannya dengan segenap hati dan disertai tindakan yang nyata.

Syi’ah berawal dari Hasutan seorang yahudi bernama  Abdullah bin saba’ yang berpura-pura masuk Islam. Dia mengatakan bahwa setiap nabi memiliki putra mahkota kemudian meneruskan dengan menyatakan bahwa Ali adalah putra makota Nabi Muhammad. Maka siapa yang lebih kejam dari orang-orang yang merebut hak putra mahkota Rasulullah Saw maka berontaklah khalifahmu yang telah merebut hak Imam Ali

DIANTARA KESESATAN SYI'AH

  1. Syi’ah memandang imam Ali itu ma’shum, artinya suci dari dosa dan kesalahan. Ini bertentangan dengan ajaran Islam karena yang ma’shum itu hanya Nabi
  2. Syia’h memandang bahwa menegakkan kepemimpinan adalah rukun agama. Padahal rukun agama yang benar adalah rukun Islam
  3. Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh ahli bait. Padahal hadits juga dari sahabat yang lain karena ajaran Islam bukan otoritas ahli bait.
  4. Syi’ah tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Ustman. Mayoritas umat Islam menerima kepemimpinan mereka dari awal dan mereka adalah sahabat nabi yang punya keutamaan.

SEKTE-SEKTE SYIAH DAN PAHAMNYA

Sebagaimana kelompok yang lain, syi’ah terpesah menjadi beberapa sekte, antara lain adalah :

Syi’ah Sabaiyah

Syi’ah ini adalah pengikut Abullah Ibnu Saba’. Sekte ini termasuk syi’ah ghaliyah (syi’ah yang keterlaluan, yang berlebih-lebihan). Disamping mempercayai kembalinya Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Ṭālib   di akhir zaman nanti, juga memenyebarkan paham bahwa malaikat Jibril telah keliru dalam menyampaikan wahyu dari Tuhan. Karena sebenarnya wahyu yang seharusnya diturunkan kepada Ali bin Abi Ṭālib tetapi justru diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Syi’ah Kaisaniyah

Syi’ah ini adalah pengikut Mukhtar bin Ubay as-Tsaqafi. Golongan ini tidak mempercayai adanya ruh Tuhan dalam tubuh Ali bin Abi Ṭālib, tetapi mereka meyakini bahwa Imam Syi’ah adalah ma’sum dan mendapatkan wahyu.

Syi’ah Imamiyah

Yaitu Syi’ah yang percaya kepada Imam-imam yang ditunjuk langsung oleh nabi Muhammad Saw. yaitu Ali bin Abi Ṭālib sampai 12 orang Imam keturunannya, yaitu:

1.      Ali bin Abi Ṭālib (600661 M), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2.      Hasan bin Ali (625669 M), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3.      Husain bin Ali (626680 M), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4.      Ali bin Husain (658713 M), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5.      Muhammad bin Ali (676743 M), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6.      Jafar bin Muhammad (703765 M), juga dikenal dengan Ja’far ash-Shadiq

7.      Musa bin Ja’far (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim

8.      Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha

9.      Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi

10.  Ali bin Muhammad (827868 M), juga dikenal dengan Ali al-Hadi

11.  Hasan bin Ali (846874 M), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari

12.  Muhammad bin Hasan (868– M), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Syi’ah Isma’iliyah

Yaitu Syi’ah yang mempercayai hanya 7 orang Imam, yaitu mulai Ali bin Abi Ṭālib dan diakhiri Ismail bin Ja’far as-Shaddiq yang lenyap dan akan keluar pada akhir zaman . Urutan imam-imam yang dipercaya oleh Syi’ah Isma’iliyah adalah:

1.      Ali bin Abi Ṭālib (600661 M), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2.      Hasan bin Ali (625669 M), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3.      Husain bin Ali (626680 M), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4.      Ali bin Husain (658713 M), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5.      Muhammad bin Ali (676743 M), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6.      Ja’far bin Muhammad bin Ali (703765 M), juga dikenal dengan Ja’far ash- Shadiq

7.      Ismail bin Ja’far (721755 M), adalah anak pertama Ja’far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

Syi’ah Zaidiyah

Yaitu Syi’ah pengikut Imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Ṭālib, Syi’ah ini berkembang di Yaman. Sekte ini termasuk yang tidak ghullat. Mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaṭab, Utsman bin Affan, walaupun berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Ṭālib lebih mulia dari ketiganya. Mengenai pelaku dosa besar, mereka berkeyakinan apabila mati sebelum taubat maka akan masuk neraka selama-lamanya.

 Syi’ah Qaramithah

Yaitu kaum Syi’ah yang suka menafsirkan al-Qur’an sesuka hatinya. Mereka mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah muballigh mereka dan setan-setan adalah musuh mereka, sembahyang adalah mengikuti mereka, haji adalah ziarah kepada imam-imam mereka. Orang yang sudah mengetahui sedalam-dalamnya Allah, tidak perlu sembahyang, puasa, dll.

 

3.ALIRAN MUKTAZILAH

Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata “i’tizal” yang artinya “memisahkan diri”. Mu’tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang banyak terpengauruh dengan filsafat barat sehingga berkecenderungan menggunakan rasio sebagai dasar ar- gumentasi.

Latar belakang munculnya Aliran Mu’tazilah adalah sebagai respon persoalan teolo- gis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur’jiah akibat adanya peristiwa tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar.

Pada mulanya nama ini diberikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan Al-Bashri  ketika ditanya tentang status orang yang berdosa besar. Wasil bin atha’ mengemukakan pendiriannya sendiri bahwa orang yang berdosa besar itu statusnya bukan mukmin dan bukan pula kafir. Namun ada diantara keduanya. Karena sebab inilah kemudian kelompok ini mulai dikenal dengan muktazilah. Tokoh aliran Mu’tazilah diantaranya adalah Washil bin Atha’, Abu Huzail Al Allaf, Al Nazzam, Abu Hasyim Al Jubba’i.

DOKTRIN AJARAN

Al Tauhid (keesaan Allah)

Ini merupakan inti akidah madzhab mereka dalam membangun keyakinan ten- tang mustahilnya melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat Allah itu adalah sub- stansi Dzatnya sendiri serta Al Qur`an adalah makhluq.

Al-‘Adl (keadlilan Tuhan)

Paham keadilan yang dikehendaki Mu’tazilah adalah bahwa Tuhan tidak meng- hendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan qudrah (kekuasaan) yang ditetapkan Tuhan pada diri manusia itu. Tuhan tidak memerintahkan sesuatu kecuali menurut apa yang dikehendaki-Nya. Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak tahu menahu (bebas) dari keburukan-keburukan yang dilarang-Nya.

Al-Wa’d wa al-wa’id (janji dan ancaman)

Al-Wa’du Wal-Wa’id (janji dan ancaman), bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam surga, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Wa’idiyyah.

Al-Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)

Secara harfiah, berarti posisi diantara dua posisi. Menurut Mu’tazilah maksud- nya adalah suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah Fasiq; tidak dikatakan beriman dan tidak pula dikatakan kafir. Jadi dia tidak berhak dihukumkan sebagai Mu’min dan tidak pula dihukumkan sebagai Kafir, begitu pula dihukum munafiq, karena sesungguhnya munafiq berhak dihukumkan kafir seandainya telah diketahui kenifaqkannya. Dan tidaklah yang demikian itu dihukumkan kepada pelaku dosa besar.

Amar ma’ruf nahi mungkar

Dengan berpegang kepada QS. Ali Imran; 104 dan QS. Luqman; 17, seperti halnya golongan lain bahwa perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat ja- hat adalah wajib ditegakkan. Dalam pandangan Mu’tazilah; dalam keadaan normal pelaksanaan al-amru bil ma’rûf wan nahyu ‘anil munkar itu cukup dengan seruan saja, tetapi dalam keadaan tertentu perlu kekerasan

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIEN